MAKALAH
Rekonstruksi Sistem dan Pemikiran Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Suyata, M. Sc.
Oleh:
Mohammad Khotibul Umam
Sarah Sabilah
Nur Laili Mustaqimah
Khairun Nisa
2017
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah yang kokoh. Budaya sekolah ini dapat berupa sekumpulan nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi dan kebiasaan, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh masing-masing warga sekolah. Perpaduan semua unsur baik siswa, guru maupun orang tua yang bekerjasama dalam menciptakan komunitas yang baik melalui pendidikan yang berkualitas, menjadikan sebuah sekolah memiliki sistem yang khas, jati diri serta kultur atau budaya yang khas pula.
Sebuah sekolah harus mempunyai misi dalam menciptakan budaya sekolah yang menyenangkan, kreatif, inovatif, integratif dan dedikatif terhadap pencapaian visi. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari warga sekolah. Apalagi lingkungan sekolah yang merupakan salah satu tempat di mana siswa berinteraksi dan melakukan proses sosialiasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Maka sekolah sebagai sebuah institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik dan tepat.
Peranan kepala sekolah sebagai ujung tombak dalam mengelola lingkungan sekolah harus selalu diintensifkan. Di samping mewujudkan lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai budaya dalam lingkungan masyarakat, kepala sekolah juga perlu melakukan langkah pengelolaan terhadap sarana dan prasarana sesuai standar yang berlaku. Dalam arti bentuknya indah, sirkulasi udara dan cahayanya aman bagi kesehatan, ukuran perabot dan peletakannya dapat menunjang bagi pembelajaran.
Dengan demikian, berangkat dari kesadaran betapa pentingnya lingkungan sekolah, maka pemakalah mengusung tema simbol dan budaya sekolah sebagai sentral pembahasan. Karena budaya sekolah merupakan suatu sistem yang mendorong warga sekolah untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Seluruh nilai, moral, sikap bahkan perilaku siswa selama di lingkungan sekolah sangat dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang masalah di atas, pembahasan dalam makalah ini difokuskan pada pertanyaan; Bagaimana pengertian simbol dan peranannya dalam meningkatkan budaya sekolah?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah; untuk mengetahui pengertian tentang simbol dan peranannya dalam meningkatkan budaya sekolah. Selanjutnya pembahasan dalam makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya perspektif bagi para peminat kajian tentang pendidikan.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
1. Pengertian Simbol
Simbol berasal dari kata dalam bahasa Yunani “symballo” yang artinya melempar atau meletakkan bersama-sama dalam satu ide atau gagasan objek yang kelihatan, sehingga objek itu mewakili gagasan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah diperlukan untuk kepentingan penghayatan nilai-nilai yang diwakilinya. Sebab, simbol merupakan infrastruktur bahasa.[1]
Menurut Deal & Peterson, simbol adalah manifestasi luar dari hal-hal yang tidak dapat kita pahami pada tingkat rasional. Akan tetapi simbol mewakili nilai budaya dan keyakinan. Ia merupakan ungkapan pendapat bersama dan komitmen suci. Ia juga menanamkan sebuah organisasi dengan makna, dan ia mempengaruhi perilaku.
“Symbols represent intangible culture values and beliefs. They are the outward manifestation of those things we cannot comprehend on a rational level. They are expressions of shared sentiments and sacred commitment. Symbols infuse an organization with meaning, and they influence behaviour.”[2]
Pengertian di atas menunjukkan makna yang signifikan bahwa simbol dapat dilihat sebagai sistem keyakinan yang melahirkan berbagai perilaku. Sistem keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan untuk memerintahkan dan melarang siapapun untuk mengerjakan dan/atau tidak mengerjakan sesuatu. Hal itu disebabkan karena di samping adanya makna suci yang diyakini, juga adanya kekuatan dibalik perintah dan larangan tersebut.
Di dalam lingkungan sekolah, simbol-simbol berguna dalam menggantikan guru ketika ia sedang berada diluar kelas, di samping itu simbol-simbol juga dapat dijadikan sebagai pengingat kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan-aturan yang ada di sekolah. Budaya sekolah akan dapat berkembang dan eksis apabila simbol-simbol yang dilibatkan dapat menunjang bagi pembelajaran siswa.
Selanjutnya, untuk menciptakan simbol-simbol yang positif bagi pembelajaran dibutuhkan keterlibatan lingkungan dan arsitektur yang memadai, sebab lingkungan dan arsitektur memiliki peran dan makna. Berikut ini akan dipaparkan tentang simbol lingkungan dan arsitektur, termasuk simbol nama sekolah sebagai isyarat dan tanda.
a. Simbol Lingkungan Fisik dan Arsitektur
Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan dampak pengaruh terhadap pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa. Pengaturan dan penampilan fisik yang disimbolkan melalui arsitektur sekolah ini memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku semua warga sekolah. Menurut Deal & Peterson, seperti mengutip Cutler, bahwa arsitektur sekolah mencerminkan kepercayaan tentang sekolah, dalam arti arsitektur itu mencerminkan makna penting bagi siswa dan masyarakat.[3]
Model dan trend dalam desain arsitektur menunjukkan suatu evolusi, yaitu cara kita berfikir tentang pendidikan. Simbol-simbol yang ditampilkan melalui bentuk arsitektur memperkuat budaya sekolah dalam empat cara, yaitu sebagai berikut:
1) Arsitektur memberikan isyarat maknayang penting. Sebuah sekolah yang memiliki perpustakaan mengisyaratkan pesan yang lebih prioritas. Yaitu, perpustakaan menyampaikan pentingnya budaya membaca, belajar, dan arti kesuksesan.
2) Unsur arsitektur sekolah bisa mengikat masyarakat secara bersama-sama. Dengan kata lain, desain, warna, dan elemen-elemen lain yang digunakan dapat menghubungkan etnis atau budaya, mencerminkan nilai-nilai masyarakat, sertamempererat ikatan antara sekolah dan komunitasnya.
3) Arsitektur memberikanpesan tujuan dan nilai yang lebih dalam. Dengan kata lain, ukuran, kemegahan, kompleksitas, dan pengaturan ruang dari sebuah bangunan menyampaikan makna tentang apa yang penting.
4) Arsitektur memotivasi staf, siswa, dan semua warga sekolah agar bangga dengan sekolahannya. Jika rusak, kotor, atau kurang indah, maka kebanggaan itupun akan rusak. Dalam konteks ini, arsitektur melambangkan pengetahuan yang diterima siswa dan merupakan sumber kebanggaan.[4]
b. Simbol Nama Sekolah Sebagai Isyarat dan Tanda
Nama bukanlah sebuah goresan kosong yang hanya menjadi tanda sebuah materi. Nama adalah sebuah kekuatan yang berarti, dalam arti ia mampu menghantarkan sejuta daya dan upaya untuk mempengaruhi. Nama memberikan petunjuk kepada siswa dan masyarakat tentang makna sekolah dan nilai budaya. Simbol nama bagi sekolah menunjukkan suatu isyarat derajat atau kehormatan dan tanda kewibawaan bagi warga sekolah. Oleh karena itu, pemberian nama bagi sekolah merupakan hal yang penting. Nama bagi suatu sekolah harus mampu mempresentasikan identitas, sebab nama sekolah adalah roh penggerak bagi warga sekolah.
c. Simbol dan Tanda Yang Tersebar di Ruangan Kelas
Sekolah memiliki simbol dan tanda yang tersebar di seluruh ruang kelas, lorong, dan tempat berkumpul. Perpaduan bentuk simbol ini menjadikan lingkungan sekolah kondusif sebagai tempat untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa dalam rangka meraih prestasi. Adapun beberapa bentuk simbol itu mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Pernyataan visi-misi di sekolah. Sebuah papan visi-misi ditempelkan pada setiap ruangan dan diperbesar bertujuan untuk mudah dilihat.
2) Banner. Simbol ini berguna untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar dengan baik dan mendorong kecerdasan siswa lebih unggul di sekolah.
3) Menampilkan prestasi masa lalu. Karya siswa dan penghargaan yang diterima oleh siswa maupun sekolah di pamerkan secara terbuka.
Selain itu, penghargaan lain seperti piala dan plakat hasil prestasi dari kegiatan kompetisi juga perlu dipamerkan secara terbuka. Setiap siswa dan guru yang berprestasi harus diberikan semacam penghargaan baik itu diliput dalam surat kabar maupun artikel. Karya-karya yang ditulis oleh siswa ditempelkan di setiap lorong sebagai bukti kerja keras siswa.
2. Pengertian Budaya Sekolah
Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kepercayaan, kelembagaan, kesenian dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang menunjukkan kondisi suatu masyarakat atau penduduk tertentu.[5]Sedangkan istilah sekolah dapat diartikan sebagai lembaga yang dirancang untuk kegiatan pembelajaran siswa di bawah pengawasan guru. Menurut Deal & Peterson, budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.[6]
Budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan hubungan kerja sama antar sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas di lingkungannya adalah wujud dari lingkungan kerja yang kondusif. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.
Dengan demikian, budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
3. Peran Simbol dalam Meningkatkan Budaya Sekolah
Satu diantara beberapa karakteristik dalam budaya sekolah adalah; bahwa budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah tersebut. Adapun simbol yang dimaksud adalah wujud konkret baik berupa sistem, prosedur, peraturan, struktur dan aspek fisik dari organisasi.
Sebagaimana Deal & Peterson, simbol – sebagai perwakilan dari apa yang kita inginkan dan harapkan – adalah titik relasi budaya yang memainkan peran dalam memadukan budaya sekolah. Ia menyatukan sebuah kelompok dan memberikan arahan dan tujuannya.
“Symbols, as representatives of what we stand for and wish for, play a powerful role in cultural cohesion and pride. Attachment to shared symbols unifies a group and gives it direction and purpose.”[7]
Di samping itu, simbol dapat memberikan peran yang lebih unggul di sekolah daripada yang diduga oleh kebanyakan orang. Apa yang sering dilambangkan sebagai “bulu halus” lebih sering dijadikan sebagai simbol kepemimpinan dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah simbol yang mempunyi pengaruh kuat untuk menyampaikan isyarat pesan dalam kehidupan sehari-hari. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mentransmisikan isyarat nilai dan makna dalam kepemimpinannya baik melalui ucapan, tindakan maupun bentuk non verbal.
Ada beberapa jenis simbol yang dapat memainkan perannya dalam meningkatkan budaya sekolah. Simbol-simbol ini disampaikan melalui tindakan pemimpin atau kepala sekolah, yaitu:
1) Simbol yang menandakan aksi/tindakan. Kepala sekolah membawa nilai atau pesan di dalam setiap tindakannya. Pesan ini disampaikan kepada seluruh siswa, guru dan orang tua.
2) Simbol melalui wisata sekolah. Kepala sekolah dapat menyampaikan pesan dan nilai disaat seluruh siswa sedang wisata sekolah dengan di dampingi guru, di sini kepala sekolah dan guru saling berinteraksi.
3) Simbol melambangkan keterlibatan intelektual. Kepala sekolah meningkatkan wawasan intelektualnya dengan cara membaca buku referensi, baik buku filsafat, sejarah maupun buku-buku terkini.
4) Simbol melalui tulisan. Kepala sekolah menulis tentang pengajaran, pembelajaran dan sekolah.
5) Simbol melalui pengkomunikasian gagasan. Kepala sekolah mampu mengembangkan ide baru, gagasan baru dalam mengembangkan sekolah disampaikan kepada guru, siswa dan orang tua untuk diimplementasikan.
6) Simbol melalui dukungan. Kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru, karyawan sekolah dan melakukan pendekatan inovatif untuk melayani siswa.
7) Simbol melalui tindakan yang bersifal kolegial. Artinya kepala sekolah memposisikan dirinya seperti teman sejawat atau teman akrab. Dengan bersifat seperti itu kepala sekolah dan guru mampu mendiskusikan lokakarya inovatif untuk menyiapkan materi-materi di kelas.
8) Simbol bertindak memberikan sambutan hangat. Kepala sekolah memberikan kehangatan dalam lingkungan sekolah, baik kepada karyawan, siswa maupun orangtua.
9) Simbol melalui lagu. Di sekolah mempunyai lagu sekolah yang mengandung motivasi dan membangun harga diri.
10) Simbol dengan tindakan yang menyenangkan. Artinya kepala sekolah menciptakan lingkungan sekolah yang mengasyikkan, menyenangkan dan penuh sukacita.
11) Simbol melalui dongeng. Kepala sekolah dan guru di harapkan memiliki kemampuan dalam bercerita.
12) Simbol melalui tindakan penghargaan. Kepala sekolah memberikan pengargaan terhadap prestasi dan usaha, baik guru dalam hal mengajar maupun siswa dari hal prestasinya.
13) Simbol tindakan professional. Kepala sekolah harus bersikap profesional dalam melakukan pekerjaannya dengan tanggung jawab. Kepala sekolah, guru, siswa dan masyarakat berhubungan sangat kuat. Pemimpin sekolah berpikir tentang artefak, arsitektur, dan simbol karena semua itu menghubungkan ke-semua tujuan dan makna sekolah yang lebih dalam.[8]
E. Kesimpulan
Menurut Deal & Peterson, simbol adalah manifestasi luar dari hal-hal yang tidak dapat kita pahami pada tingkat rasional. Akan tetapi simbol mewakili nilai budaya dan keyakinan. Ia merupakan ungkapan gagasan sebagai komitmen bersama. Simbol juga menanamkan sebuah organisasi dengan makna dan ia mempengaruhi perilaku.
Bentuk simbol tidak hanya berupa benda kasat mata, akan tetapi juga berupa gerakan maupun ucapan. Lingkungan fisik, arsitektur, nama dan plakat-plakat yang tersebar di lingkungan sekolah adalah simbol yang kasat mata. Sedangkan sikap, kebijakan dan ucapan kepala sekolah, guru maupun karyawan adalah simbol yang tak kasat mata.
Semua simbol baik yang kasat mata atau tidak kasat mata, dapat memberikan peran dalam meningkatkan budaya sekolah. Dalam arti ia menyatukan sebuah kelompok dan memberikan arahan dan tujuannya. Budaya sekolah dapat ditingkatkan melalui perbaikan dan pengelolaan terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungan sekolah.
F. Daftar Pustaka
Deal & Peterson, Shaping School Culture:The Heart Of Leadership, San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Wahab, Abdul Aziz, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan; Telaah Terhadap Organisasi dan pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.
*) Makalah Prarevisi
[2] Deal & Peterson,Shaping School Culture:The Heart Of Leadership, (San Francisco: Jossey-Bass), hlm. 60.
[5] Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan; Telaah Terhadap Organisasi dan pengelolaan Organisasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta: 2011), hlm 229.
[6] Deal & Peterson (1999) dalam Fadli Supriyadi, “Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah”, http://www.mediaindonesia.co.id, diakses tanggal 29 November 2017.
Post a Comment
Post a Comment